Tenggelamnya kapal Costa Concordia awal pekan ini di Italia memicu
potensi timbulnya bencana lingkungan besar di negeri itu. Pasalnya,
sekitar 2.300 ton bahan bakar yang belum terpakai berpotensi bocor dan
menyebar di kawasan tempat karamnya kapal pesiar supermewah tersebut.
Apalagi,
tanki bahan bakar kapal itu masih penuh karena baru saja meninggalkan
pelabuhan Civitavecchia, utara Roma untuk mengarungi perjalanan selama
sepekan.
Ironisnya, kawasan di mana kapal itu karam, berada di
lepas pantai pulau Giglio. Pulau ini sendiri merupakan taman maritim
alami yang dikenal karena memiliki air yang jernih, beragam koral dan
kehidupan laut. Kawasan ini juga menjadi salah satu titik favorit bagi
para penyelam.
“Risiko kerusakan lingkungan di pulau Giglio
sangat tinggi,” kata Corrado Clini, Menteri Lingkungan Italia. “Kami
tengah berupaya untuk mencegah agar bensin tidak bocor ke luar dari
kapal. Ini sangat penting dan kita mulai kehabisan waktu,” ucapnya.
Gentingnya
kondisi tersebut membuat kabinet terpaksa mengeluarkan status gawat
darurat. Status ini, meski Italia sendiri tengah berada dalam masa
krisis, memungkinkan pemerintah untuk menyediakan anggaran untuk
mencegah bencana kerusakan lingkungan, khususnya mengatasi masalah ini.
Saat
ini, kapal sepanjang 290 meter itu terdampar di tepi perairan yang
memiliki kedalaman hanya 15 sampai 20 meter. Namun petugas khawatir
bahwa kapal itu akan tergelincir masuk ke perairan yang lebih dalam.
Jika sudah demikian, pencegahan polusi akan menjadi semakin sulit
dilakukan. Apalagi, kapal itu menggunakan heavy fuel atau bunker fuel yang
karena kepadatannya, membuat bahan bakar itu sulit dipompa keluar
kecuali dipanaskan atau diencerkan. (Sumber: Scientific American)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar